Selasa, 22 Maret 2011

Air Borne Disease

CHICKEN POX/HERPES ZOSTER


1. Identifikasi.
Cacar Air (Varicella, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang sering timbul dan menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Chicken pox (varicella/cacar air) adalah penyakit virus akut, pada umumnya terjadi serangan mendadak dengan demam ringan, gejala umum ringan dikuti dengan munculnya erupsi kulit yang makulopapuler dalam beberapa jam, menjadi vesikuler dalam 3-4 hari dan meninggalkan keropeng bundar. Gelembungnya berbentuk monolokuler dan pecah bila ditusuk, berbeda dengan gelembung pada cacar yang berbentuk multilokuler, tidak kolaps. Lesi biasanya muncul berkelompok memanjang, dengan stadium yang berbeda pada waktu yang sama. Lesi lebih banyak muncul pada anggota tubuh yang tertutup daripada di tempat-tempat yang terbuka. Lesi juga bisa muncul pada kulit kepala, axilla bagian atas, dan membran mukosa mulut serta saluran pernapasan bagian atas dan juga pada mata. Lesi juga bisa muncul pada daerah iritasi, seperti pada daerah yang terbakar matahari dan ruam akibat popok bayi. Lesi yang muncul kemungkinan jumlahnya sangat sedikit sehingga luput dari observasi. Bisa terjadi infeksi ringan yang tidak jelas dan tidak khas.
Kadang-kadang, walaupun jarang pada orang dewasa, demam dan gejala klinis lainnya bisa muncul lebih berat. Komplikasi yang serius dari cacar air adalah pneumonia (karena virus dan bakteri), Infeksi bakteri sekunder, komplikasi perdarahan dan ensefalitis. Anak dengan lekemia akut, termasuk yang mengalami remisi sesudah kemoterapi adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih tinggi terkena cacar air, yang angka kematiannya 5 - 10 % dari semua kasus.
Bayi baru lahir yang menderita cacar air pada umur 6 – 10 hari mempunyai risiko untuk menderita cacar air berat, begitu juga bayi yang lahir dari ibu yang terkena penyakit ini 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan. Sebelum ditemukan pengobatan virus yang efektif, fatality rate nya sampai 30 %. (Varicella/shingles).

2. Penyebab penyakit.
Herpesvirus 3 (alpha) manusia (Varicella zoster, VZV) termasuk kelompok Herpesvirus.

3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia. Infeksi dengan herpesvirus 3 (alpha) manusia sangat umum terjadi. Di daerah dengan iklim sedang, paling tidak 90 % dari penduduknya pernah terkena cacar air pada usia 15 tahun dan setidaknya 95% pada kelompok dewasa muda. Pada daerah beriklim sedang, cacar air terjadi paling sering pada musim dingin dan awal musim semi. Gambaran epidemiologis dari cacar air di negara tropis berbeda dengan negara-negara beriklim sedang, dengan proporsi lebih tinggi kasus-kasus terjadi pada orang dewasa. Zoster terjadi lebih umum pada orang-orang yang lebih tua.

4. Reservoir : manusia.
Komplikasi
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal.
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
- Pneumonia karena virus
- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Ensefalitis (infeksi otak)
- Sindrom Reye
- Purpura
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa).


5. Cara penularan :
Dari orang ke orang melalui kontak langsung, droplet atau penularan melalui udara dari cairan vesikel atau sekret dari saluran pernapasan orang yang terkena cacar air atau cairan vesikel dari penderita herpes zoster; tidak langsung melalui benda yang baru saja terkontaminasi oleh discharge dari vesikel ataupun dari selaput lendir orang yang terinfeksi. Cacar air adalah salah penyakit yang sangat menular, terutama pada tahap awal erupsi; zoster mempunyai tingkat penularan yang rendah (kontak dengan varicella seronegatif akan berkembang menjadi cacar air).

6. Masa inkubasi.
Masa inkubasi berkisar antara 2 – 3 minggu; biasanya 14 – 16 hari. Masa inkubasi bisa lebih panjang sesudah pemberian imunisasi pasif terhadap varicella dan pada orang dengan tingkat kekebalan rendah.

7. Masa penularan
Paling lama 5 hari, tetapi biasanya 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan berlanjut sampai semua lesi berkeropeng (biasanya sekitar 5 hari). Masa penularan bisa lebih lama pada pasien yang tingkat kekebalannya rendah. Munculnya kasus sekunder pada anak-anak dalam satu keluarga adalah sekitar 70 – 90 %. Penderita zoster bisa menjadi sumber infeksi sekitar 1 minggu sesudah munculnya lesi vesikulopustuler. Individu yang rentan dianggap bisa menularkan penyakit 10 – 21 hari sesudah terpajan.

8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap varicella terutama mereka yang belum pernah terinfeksi; biasanya penyakit ini lebih berat jika menyerang orang dewasa daripada anak-anak. Infeksi biasanya menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama; serangan kedua jarang terjadi, infeksi virus biasanya menjadi laten, dan penyakit ini bisa berulang sebagai herpes zoster pada sekitar 15 % orang dewasa dan kadang-kadang pada anak-anak.
Bagi yang ibunya tidak kebal, dan penderita leukemia biasanya menderita lebih berat, lebih lama atau bahkan fatal. Orang dewasa yang menderita kanker, terutama kanker kelenjar limfe dengan atau tanpa terapi steroid, pasien dengan kekebalan rendah dan orang dengan pengobatan yang menyebabkan kekebalan menurun mempunyai risiko terkena zoster yang berat, baik lokal maupun menyebar.

9. Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara pencegahan :
1). Vaksin virus varicella yang dilemahkan (Varivax®) mendapat lisensi untuk digunakan di AS pada tahun 1995. Dosis tunggal 0.5 ml di rekomendasikan untuk imunisasi rutin bagi anak usia 12 –18 bulan dan untuk imunisasi anak hingga umur 12 tahun yang belum pernah menderita varicella. Vaksin ini mempunyai efikasi kumulatif sekitar 70 – 90 % dalam mencegah varicella pada anak hingga umur 6 tahun. Orang yang telah mendapat imunisasi tetapi masih terkena varicella biasanya ringan dengan lesi yang lebih sedikit (biasanya kurang dari 50 dan lesi pada kulit tidak vesikuler), demam ringan atau tanpa demam sama sekali dan lama sakit lebih singkat. Jika diberikan dalam 3 hari sesudah terpajan, vaksin varicella bisa mencegah atau secara bermakna merubah perjalanan penyakit. Vaksin bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dan remaja yang menderita leukemia limfoblastik yang mengalami remisi, dan dibutuhkan 2 dosis selama 4 – 8 minggu.
Vaksin varicella direkomendasikan diberikan kepada orang yang rentan dan berusia lebih dari 13 tahun.
2). Lindungi orang yang berisiko tinggi yang oleh karena sesuatu hal tidak dapat di imunisasi, seperti bayi dan orang yang kekebalannya rendah, dari pajanan dengan cara semua anggota rumah tangga dan mereka yang kontak dengan penderita seluruhnya diberi imunisasi.
3). Imunoglobulin varisela-zoster (Varicella-zoster immune globulin, VZIG), yang dibuat dari plasma darah donor dengan titer antibodi VZV yang tinggi, sangat efektif dalam memodifikasi atau mencegah penyakit jika diberikan dalam waktu 96 jam sesudah terpapar.


B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat
2). Isolasi : anak-anak yang menderita varisela dilarang masuk sekolah, ruang medis, ruang gawat darurat atau dilarang berkunjung ketempat-tempat umum hingga vesikel menjadi kering, biasanya sesudah 5 hari bagi penderita anak-anak yang tidak mendapat imunisasi dan 1 – 4 hari bagi anak-anak yang menderita varisela pasca imunisasi. Di rumah sakit, isolasi yang ketat diterapkan terhadap penderita varisela karena risiko mendapat varisela yang berat bagi pasien dengan immunocompromised jika tertular.
3). Disinfeksi serentak : terhadap barang-barang yang terkontaminasi discharge dari hidung dan tenggorokan penderita.
4). Karantina : biasanya tidak dilakukan.
5). Perlindungan kontak : vaksin direkomendasikan untuk diberikan kepada orang yang rentan sesudah terpapar varisela. Data dari rumah tangga, rumah sakit dan masyarakat membuktikan bahwa vaksin varisela efektif dalam mencegah kesakitan atau mengurangi beratnya penyakit bila diberikan dalam 3 hari sampai dengan 5 hari sesudah terpapar. Obat anti virus seperti acyclovir nampaknya bermanfaat untuk mencegah atau merubah perjalanan penyakit varisela jika diberikan dalam kurun waktu 1 minggu sesudah terpajan. Dosis sebesar 80 mg/kg tiap hari dibagi dalam 4 dosis telah lama digunakan tetapi sampai sekarang belum ada regimen yang direkomendasikan secara umum untuk tujuan ini.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : sumber infeksi bisa berasal dari penderita varisela atau herpes zoster. Semua orang yang kontak dengan sumber infeksi terutama mereka yang tidak memenuhi syarat untuk diberikan imunisasi, seperti wanita hamil, orang dengan immunocompromised dan bayi yang ibunya menderita varisela dalam 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan), sebaiknya dipertimbangkan untuk pemberian VZIG.
7). Pengobatan spesifik :
Baik vidarabine (adenine arabinoside, Ara-A®) maupun acyclovir (Zovirax®) efektif untuk mengobati cacar air dan zoster, namun acyclovir merupakan obat pilihan untuk cacar air. Untuk pengobatan herpes zoster, analog dari acyclovir dengan kemampuan absorpsi yang sudah diperbaiki saat ini telah tersedia dipasaran (valacyclovir dan famcyclovir). Obat ini bisa memperpendek gejala dan rasa sakit dari penderita zoster dewasa, terutama bila diberikan dalam waktu 24 jam sesudah munculnya ruam.

C. Tindakan penanggulangan wabah.
KLB cacar air sering terjadi disekolah, tempat penitipan anak dan institusi lain dan KLB biasanya berlangsung lama dengan banyak korban disertai dengan komplikasi. Penderita menular sebaiknya di isolasi dan kontak yang rentan diimunisasi dengan segera atau dirujuk ke dokter langganan atau dokter keluarga mereka untuk mendapat imunisasi, dengan maksud menanggulangi KLB yang terjadi. Orang yang oleh karena sesuatu hal tidak boleh diberi imunisasi seperti wanita hamil yang rentan dan orang-orang yang immunocompromised sebaiknya dievaluasi dan dipertimbangkan untuk diberi VZIG.

Referensi
Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Jakarta.

Titis Auliya Asmarani
E2A009022
Regular 1 2009

FKM UNDIP

Kamis, 17 Maret 2011

Shigella Dysentriae ( Water Borne Disease )

 Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. ltulah sebabnya pada akhir-akhir ini nama diare invasif lebih disukai oleh para ahli.
Dulu dikenal hanya dua macam disentri berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella spp. dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Tapi sekarang telah diketahui banyak penyebab lain berupa parasit dan bakteri, yaitu Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter spp., Vibrio parahaemolyticus, I'leisomonas shigelloides, EIEC (Enteriinnasive E. coil), Aeromonus spp., Entamoeba histolytica atau Giardia lambha.
Wabah umumnya terjadi pada kelompok homoseksual, pada kondisi “crowding”, ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.
Penularan secara orofaecal dengan ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease). Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.
Antibiotik terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin, kloramfenikol, sulfametoxazol-trimetoprim. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin, streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-kasus infeksi Shigella. Masalah resistensi kuman Shigella terhadap antibiotik dengan segala aspeknya bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Shigella yang resisten terhadap multiantibiotik (seperti S. dysentriae 1) ditemukan di seluruh dunia dan sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional.

Patogenesis dan patologi
Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lender. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103 organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

Riwayat Penyakit
1. Agens penyakit
Bakteri Group A Shigella dysenteriae
Bakteri Group B Shigella flexneri
Bakteri Group C Shigella boydii
Bakteri Group A Shigella sonnei
2. Reservoir infeksi : manusia
3. Faktor host
Tidak ada spesifik kecuali prevalensi tinggi terjadi pada penghuni di Rumah Sakit Jiwa,Pelaut atau pada kamp pengungsian.
4. Periode masa waktu penularan
Semasa terjadi infeksi akut sampai tidak diketemukannya bakteri pada tinja penderita
5. Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan memegang peran penting, dimana wabah sering terjadi pada daerah kumuh dan kamp pengungsian.

Epidemiologi
Disentri basiler dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.

Cara Penularan (Mode of transmission)
Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui :
1. Langsung
Faecal – oral transmission dari penderita atau carrier
2. Tidak Langsung
Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi oleh tinja penderita.

Toksin
Semua Shigella mengeluarkan lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding usus. Selain itu Shigella dysentriae tipe 1 menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas yang dapat menambah gambaran klinik neurotoksik dan enterotoksik yang nyata.

Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

Pencegahan
Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1.   Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2.   Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3.   Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4.   Memasak makanan sampai matang.
5.   Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
6.   Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7.   Mengendalikan vector dan binatang pengerat.
8.   Perbaikan lingkungan hidup
9.   Penyediaan keperluan MCK yang memadai di Kamp pengungsian
10. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada penghuni RS jiwa dan kamp pengungsian

Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan

PUSTAKA
Anonim, 2011, Shigellosis, http://fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php?attId=971&page=Haji%20Dadang%20Erianto, diakses tanggal 15 Maret 2011
Anonim, 2011, Shigella dysentriae, http://en.wikipedia.org/wiki/Shigella_dysenteriae, diakses tanggal 15 Maret 2011
Ayuw, 2006, Shigellosis, http://fkuii.org/tiki-index.php?page=Shigellosis9, diakses tanggal 15 Maret 2011
Simanjuntak, C.H., Epidemiologi Disentri, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_EpidemiologiDisentri.pdf/08_EpidemiologiDisentri.html, diakses tanggal 15 Maret 2011

TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022
REG 1 2009

FKM UNDIP

Selasa, 14 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) ATAU WABAH

A.     PENGERTIAN
Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam epidemiologi.
Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi = pada dan demos = rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidence rate (bahasa Inggris; "laju timbulnya penyakit").
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No 4. Tahun 1984).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).
Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

B.     PEMBAGIAN WABAH MENURUT SIFATNYA :
1.      Common Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam,tidak ada angka serangan ke dua
2.      Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masya yang rentan serta morbilitas dari pddk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal abggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus.

C.     KEJADIAN LUAR BIASA
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1.         Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2.         Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3.         Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4.         Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5.         Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
6.         Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7.         Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
8.         Rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

D.     PENGERTIAN HERD IMMUNITY

Herd Immunity (kekebalan masyarakat) adalah bentuk kekebalan yang terjadi ketika vaksinasi dari sebagian besar dari penduduk (kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi individu yang belum mengembangkan kekebalan. Teori kekebalan masyarakat ini menyatakan bahwa, dalam penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi mungkin akan terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular. Kekebalan kelompok ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya wabah di masyarakat. Jika kekebalan kelompok ini rendah berarti sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi atau antara yang kebal dan tidak menjadi mengelompok sendiri.

E.      EFEK KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB )

Fenomena efk KLB dapat dicegah dengan :
  • Penanggulangan sumber patogen melalui menyingkirkan sumber kontaminasi, menghindarkan orang dari paparan, in activasi/ netralisasi pathogen, dan isolasi atau mengobati orang yang terkena infeksi.
  • Memutus rantai penularan meliputi memutus sumber lingkungan, penanggulangan transmisi vektor, dan meningkatkan sanitasi perorangan.
  • Memodifikasi respon pejamu meliputi immunisasi kelompok yang rentan, dan pemakaian kemoterapi pencegahan.

TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022 
REG 1 2009
FKM UNDIP

Jumat, 12 November 2010

KEMATIAN IBU

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia , "Sebuah kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi dan tempat kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau manajemen tetapi bukan dari atau insidental menyebabkan kebetulan ".
Kematian ibu adalah acara sentinel untuk menilai kualitas dari sebuah sistem perawatan kesehatan. Namun, sejumlah isu perlu diakui.Pertama-tama, definisi WHO adalah salah satu dari banyak; definisi lain mungkin juga termasuk penyebab kecelakaan dan insidentil. Kasus dengan "penyebab insidental" termasuk kematian sekunder untuk kekerasan terhadap perempuan yang mungkin terkait dengan kehamilan dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial ekonomi dan budaya. Juga, telah dilaporkan bahwa sekitar 10% kematian ibu dapat terjadi terlambat, yaitu setelah 42 hari setelah penghentian atau pengiriman, dengan demikian, beberapa definisi memperpanjang jangka waktu pengamatan untuk satu tahun setelah berakhirnya kehamilan yang . Selanjutnya, hal ini juga diakui bahwa angka kematian ibu sering signifikan tidak dilaporkan.

Penyebab Kematian Ibu

Penyebab utama kematian ibu adalah bakteri infeksi , varian hipertensi kehamilan termasuk pre-eklamsia dan sindrom HELLP , perdarahan kandungan , kehamilan ektopik , sepsis nifas (demam nifas), emboli cairan ketuban , pecah rahim dan komplikasi yang tidak aman atau tidak sehat aborsi . Lesser diketahui penyebab kematian ibu termasuk gagal ginjal , gagal jantung , dan hiperemesis gravidarum.
Empat puluh lima persen kematian postpartum terjadi dalam waktu 24 jam. Lebih dari 90% kematian ibu terjadi di negara-negara berkembang. Sebagai perbandingan, kehamilan yang berhubungan dengan pembunuhan account selama 2 sampai 10 kematian per 100000 kelahiran hidup, mungkin jauh lebih tinggi karena tidak dilaporkan. Di negara maju, yang umum penyebab kematian ibu adalah perdarahan kandungan , diikuti oleh deep vein thrombosis .

Faktor risiko Asosiasi

Tingkat kematian ibu yang tinggi terjadi pada negara yang sama yang memiliki tingkat tinggi kematian bayi mencerminkan miskin gizi umum dan perawatan medis. Rendah berat lahir anak terkait dengan kematian ibu dari penyakit jantung . Mengurangkan satu pon berat badan bayi lahir berkorelasi dengan dua kali lipat risiko kematian ibu. Sebaliknya, berat anak berat badan lahir berkorelasi dengan risiko rendah kematian ibu. Isu lain yang terkait dengan kematian ibu adalah jarak perjalanan ke klinik terdekat untuk menerima perawatan yang tepat. Di negara berkembang, serta daerah pedesaan, hal ini terutama benar. Perjalanan ke dan kembali dari klinik sangat sulit dan mahal, terutama untuk keluarga miskin ketika waktu bisa digunakan untuk bekerja dan memberikan pendapatan. Meski begitu, klinik terdekat mungkin tidak memberikan perawatan yang layak karena kurangnya staf yang tepat dan perlengkapan seperti yang di dataran tinggi Guatemala.


Unsur Utama Penyebab Langsung Kematian Ibu

Keluarga ibu hamil baik kaya maupun miskin walaupun di pengaruhi dan mempengaruhi oleh bidan dan dukun, apabila tidak di difasilitasi/didukung oleh komponen yang ada disekitar misalnya keluarga dekatnya, tetangganya maupun orang-orang yang pedulinya terhadapnya, sangatlah beresiko terjadinya pilihan yang tidak tepat dalam pelayanan keperawatan kehamilan/persalinan/nifas yang mengakibatkan kematian ibu.
Bidan senior maupun yunior, profesional maupun baru belajar profesional, dalam memberikan pelayanan mempengaruhi maupun di pengaruhi ibu hamil atau keluarganya maupun melalui dukun yang sekarang dikenal dengan kemitraan bidan dan dukun, apabila tidak difasilitasi/didukung oleh komponen-komponen disekitarnya misalnya, masyarakat yang ada disekitarnya, bidan sesamanya maupun orang-orang yang peduli terhadap keberadaan bidan, sangatlah beresiko terjadi kelalaian yang mengakibatkan kematian ibu.
Dukun, terlatih maupun tidak terlatih, bermitra maupun tidak bermitra, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keluarga ibu hamil dan bidan, apabila tidak difasilitasi/dukung oleh komponen-komponen disekitarnya semisal masayarakat di sekitarnya terutama tokoh masyarakat, tokoh agama dan orang-orang yang peduli terhadap keberadaan dukun, sangatlah beresiko terjadinya kesalahan pelayanan dan perawatan kehamilan/persalinan/nifas yang mengakibatkan kematian

Dari gambaran ketiga unsur ini, bidan walaupun dia profesional, keluarga walaupun dia kaya, dukun walaupun dia telah bermitra dan terlatih, kematian tetap akan terjadi, karena ketiga komponen atau unsur yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi diatas dalam posisi yang lemah pada pelayanan kesehatan maternal komunitas.

Faktor-faktor diluar dari ketiga komponen atau unsur tersebut sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan maternal (ibu hamil, persalinan dan nifas). Faktor-faktor inilah yang tidak berkembang (bukan tidak ada) di Polewali Mandar. Sehingga kematian ibu seperti yang saya sebutkan sebagai pola kematian ibu di Polewali Mandar yaitu pola dimana kematian ibu sering terjadi disekitar tenaga kesehatan dan Pola dimana kepedulian terhadap ibu hamil ketika mendekati persalinan tidak ditemukan, dan ini harusnya menjadi perhatian utama.
Oleh Karena itu, kematian ibu dalam lima tahun terakhir yang fluktuatif dan cenderung turun, bukan menunjukkan keberhasilan, tetapi memperlihatkan kelemahan dari sistem yang dibangun, sistem yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi yang diperlihat dari tiga unsur (sub sistem) yaitu bidan, keluarga ibu hamil dan dukun adalah posisi yang sangat lemah, tidak kuat untuk membentuk sistem yang kokoh untuk menopang penurunan kematian ibu.


TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022
REGULER 1 2009
FKM UNDIP

KEMATIAN BAYI


Kematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik dari penyebab alami seperti penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti kecelakaan.
Kematian neonatus(neonatal) yaitu kematian neonatus lahir hidup pada usia gestasi 20 minggu atau lebih. Sedangkan, neonatus lahir hidup adalah salah satu neonatus yang menunjukkan bukti hidup setelah lahir, bahkan bila hanya sementara (pernapasan, denyut jantung, gerakan otot volunter, atau pulsasi dalam korda umbilikalis), dan yang meninggal dalam 28 hari.

Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per 1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.

Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun, yaitu sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 persen kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku (baik yang bersifat preventif maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus, lebih sering terjadi pada kelompok miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala kendala biaya (cost barrier), geografis dan transportasi.
Perubahan perilaku merupakan penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.


Penyebab
Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf.Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah
 a. Faktor Ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang
 Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya. 


2) Umur dan Berat badan lahir rendah
Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa.
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

4) Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

5) Penyakit menahun ibu
a) Asma bronkiale: Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
b) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik): Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.
 c) Hipertensi: Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.

6) Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.

b. Faktor kehamilan
1) Komplikasi Hamil
a) Pre-eklampsia/ Eklampsia: Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/ Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b) Ketuban Pecah Dini Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.

2) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.

3) Hamil ganda/ Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.

4) Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.

c. Faktor janin
1) Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya

2) Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

Pencegahan
Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. "Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat”. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan 19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.

Cara penanggulangan
Dari gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia, dan permasalahan kesehatan neonatal yang kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor medis, sosial dan budaya (sama dengan permasalahan kesehatan maternal) maka:
1. Bidan di desa atau petugas kesehatan harus mampu melakukan:
• perawatan terhadap bayi neonatal,
• promosi perawatan bayi neonatal kepada ibunya, serta
• pertolongan pertama bayi neonatal yang mengalami gangguan atau sakit.
2. Kepala Puskesmas dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
• Deteksi dan penanganan bayi neonatal sakit
• Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan
• Pembinaan bidan di desa dan pondok bersalin di desa
• PONED dengan baik dan lengkap (obat, infus, alat-alat emergensi)
• Organisasi transportasi untuk kasus rujukan
3. Kepala Dinkes Dati II dan atau RS Dati II dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:
• Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24 jam
• Sistem yang tertata sehingga memberi kesempatan kepada keluarga bayi neonatal dari golongan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau
• Pelayanan berkualitas yang berkesinambungan
• Pembinaan teknis profesi kebidanan untuk bidan yang bekerja Puskesmas/desa melalui pelatihan, penyegaran pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan neonatal emergency care di Puskesmas dan RS Dati II.


TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022
REGULER 1 2009

TUBERKULOSIS ( TBC )

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.

Etiologi

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

Manifestasi Klinis

Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.

Gejala - gejala Tuberkulosis

Gejala Umum :
·         Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
·         Dahak bercampur darah.
·         Batuk darah.
·         Sesak napas dan rasa nyeri dada.
·         Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.


1.      Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun.

Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.


2.      Pemeriksaan penunjang

- Tuberculin skin testing

Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur.
Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk indosia sudah pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif.


3.      Pemeriksaan radiologis

1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus

2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :

a) Nekrosis

b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)

c) Fibrosis dan retraksi region hilus

d) Bronchopneumonia

e) Infiltrate interstitial

f) Pola milier

g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut

3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif

4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.


Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.


Klasifikasi penyakit dan tipe penderita

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan “definisi kasus” yang memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus yaitu

1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru

2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA negative

3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati

4. Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat


KLASIFIKASI

A. Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)

Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tuberkulosis Paru BTA positif

2. Tuberkulosis Paru BTA negative

B. Tuberculosis Ekstra Paru

Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan

Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal

2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat

Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.


TIPE PENDERITA

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu :

1. Kasus baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

2. Kambuh (relaps)

Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan etlah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

3. Pindahan (transfer in)

Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09)

4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)

Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.

5. Gagal

· Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.

· Adalah penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.


Pengobatan tuberkulosis

Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.

Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin. Yang dapat dilakukan:
1.      Konsultasi ke dokter anda.
2.      Minum obat anti tuberkulosa, sesuai nasihat dokter secara teratur, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, karena kan mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat sekitar 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
3.      Makanlah makanan bergizi.
4.      Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama di tempat berventilasi baik.
5.      Menghentikan merokok, bila anda perokok.

Pencegahan

1.      Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2.      Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
3.      Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
4.      Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5.      Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6.      Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.



TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022
REGULAR 1 2009
FKM UNDIP