Selasa, 22 Maret 2011

Air Borne Disease

CHICKEN POX/HERPES ZOSTER


1. Identifikasi.
Cacar Air (Varicella, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang sering timbul dan menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Chicken pox (varicella/cacar air) adalah penyakit virus akut, pada umumnya terjadi serangan mendadak dengan demam ringan, gejala umum ringan dikuti dengan munculnya erupsi kulit yang makulopapuler dalam beberapa jam, menjadi vesikuler dalam 3-4 hari dan meninggalkan keropeng bundar. Gelembungnya berbentuk monolokuler dan pecah bila ditusuk, berbeda dengan gelembung pada cacar yang berbentuk multilokuler, tidak kolaps. Lesi biasanya muncul berkelompok memanjang, dengan stadium yang berbeda pada waktu yang sama. Lesi lebih banyak muncul pada anggota tubuh yang tertutup daripada di tempat-tempat yang terbuka. Lesi juga bisa muncul pada kulit kepala, axilla bagian atas, dan membran mukosa mulut serta saluran pernapasan bagian atas dan juga pada mata. Lesi juga bisa muncul pada daerah iritasi, seperti pada daerah yang terbakar matahari dan ruam akibat popok bayi. Lesi yang muncul kemungkinan jumlahnya sangat sedikit sehingga luput dari observasi. Bisa terjadi infeksi ringan yang tidak jelas dan tidak khas.
Kadang-kadang, walaupun jarang pada orang dewasa, demam dan gejala klinis lainnya bisa muncul lebih berat. Komplikasi yang serius dari cacar air adalah pneumonia (karena virus dan bakteri), Infeksi bakteri sekunder, komplikasi perdarahan dan ensefalitis. Anak dengan lekemia akut, termasuk yang mengalami remisi sesudah kemoterapi adalah kelompok yang mempunyai risiko lebih tinggi terkena cacar air, yang angka kematiannya 5 - 10 % dari semua kasus.
Bayi baru lahir yang menderita cacar air pada umur 6 – 10 hari mempunyai risiko untuk menderita cacar air berat, begitu juga bayi yang lahir dari ibu yang terkena penyakit ini 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan. Sebelum ditemukan pengobatan virus yang efektif, fatality rate nya sampai 30 %. (Varicella/shingles).

2. Penyebab penyakit.
Herpesvirus 3 (alpha) manusia (Varicella zoster, VZV) termasuk kelompok Herpesvirus.

3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia. Infeksi dengan herpesvirus 3 (alpha) manusia sangat umum terjadi. Di daerah dengan iklim sedang, paling tidak 90 % dari penduduknya pernah terkena cacar air pada usia 15 tahun dan setidaknya 95% pada kelompok dewasa muda. Pada daerah beriklim sedang, cacar air terjadi paling sering pada musim dingin dan awal musim semi. Gambaran epidemiologis dari cacar air di negara tropis berbeda dengan negara-negara beriklim sedang, dengan proporsi lebih tinggi kasus-kasus terjadi pada orang dewasa. Zoster terjadi lebih umum pada orang-orang yang lebih tua.

4. Reservoir : manusia.
Komplikasi
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal.
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
- Pneumonia karena virus
- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Ensefalitis (infeksi otak)
- Sindrom Reye
- Purpura
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa).


5. Cara penularan :
Dari orang ke orang melalui kontak langsung, droplet atau penularan melalui udara dari cairan vesikel atau sekret dari saluran pernapasan orang yang terkena cacar air atau cairan vesikel dari penderita herpes zoster; tidak langsung melalui benda yang baru saja terkontaminasi oleh discharge dari vesikel ataupun dari selaput lendir orang yang terinfeksi. Cacar air adalah salah penyakit yang sangat menular, terutama pada tahap awal erupsi; zoster mempunyai tingkat penularan yang rendah (kontak dengan varicella seronegatif akan berkembang menjadi cacar air).

6. Masa inkubasi.
Masa inkubasi berkisar antara 2 – 3 minggu; biasanya 14 – 16 hari. Masa inkubasi bisa lebih panjang sesudah pemberian imunisasi pasif terhadap varicella dan pada orang dengan tingkat kekebalan rendah.

7. Masa penularan
Paling lama 5 hari, tetapi biasanya 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan berlanjut sampai semua lesi berkeropeng (biasanya sekitar 5 hari). Masa penularan bisa lebih lama pada pasien yang tingkat kekebalannya rendah. Munculnya kasus sekunder pada anak-anak dalam satu keluarga adalah sekitar 70 – 90 %. Penderita zoster bisa menjadi sumber infeksi sekitar 1 minggu sesudah munculnya lesi vesikulopustuler. Individu yang rentan dianggap bisa menularkan penyakit 10 – 21 hari sesudah terpajan.

8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap varicella terutama mereka yang belum pernah terinfeksi; biasanya penyakit ini lebih berat jika menyerang orang dewasa daripada anak-anak. Infeksi biasanya menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama; serangan kedua jarang terjadi, infeksi virus biasanya menjadi laten, dan penyakit ini bisa berulang sebagai herpes zoster pada sekitar 15 % orang dewasa dan kadang-kadang pada anak-anak.
Bagi yang ibunya tidak kebal, dan penderita leukemia biasanya menderita lebih berat, lebih lama atau bahkan fatal. Orang dewasa yang menderita kanker, terutama kanker kelenjar limfe dengan atau tanpa terapi steroid, pasien dengan kekebalan rendah dan orang dengan pengobatan yang menyebabkan kekebalan menurun mempunyai risiko terkena zoster yang berat, baik lokal maupun menyebar.

9. Cara-cara pemberantasan
A. Cara-cara pencegahan :
1). Vaksin virus varicella yang dilemahkan (Varivax®) mendapat lisensi untuk digunakan di AS pada tahun 1995. Dosis tunggal 0.5 ml di rekomendasikan untuk imunisasi rutin bagi anak usia 12 –18 bulan dan untuk imunisasi anak hingga umur 12 tahun yang belum pernah menderita varicella. Vaksin ini mempunyai efikasi kumulatif sekitar 70 – 90 % dalam mencegah varicella pada anak hingga umur 6 tahun. Orang yang telah mendapat imunisasi tetapi masih terkena varicella biasanya ringan dengan lesi yang lebih sedikit (biasanya kurang dari 50 dan lesi pada kulit tidak vesikuler), demam ringan atau tanpa demam sama sekali dan lama sakit lebih singkat. Jika diberikan dalam 3 hari sesudah terpajan, vaksin varicella bisa mencegah atau secara bermakna merubah perjalanan penyakit. Vaksin bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dan remaja yang menderita leukemia limfoblastik yang mengalami remisi, dan dibutuhkan 2 dosis selama 4 – 8 minggu.
Vaksin varicella direkomendasikan diberikan kepada orang yang rentan dan berusia lebih dari 13 tahun.
2). Lindungi orang yang berisiko tinggi yang oleh karena sesuatu hal tidak dapat di imunisasi, seperti bayi dan orang yang kekebalannya rendah, dari pajanan dengan cara semua anggota rumah tangga dan mereka yang kontak dengan penderita seluruhnya diberi imunisasi.
3). Imunoglobulin varisela-zoster (Varicella-zoster immune globulin, VZIG), yang dibuat dari plasma darah donor dengan titer antibodi VZV yang tinggi, sangat efektif dalam memodifikasi atau mencegah penyakit jika diberikan dalam waktu 96 jam sesudah terpapar.


B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat
2). Isolasi : anak-anak yang menderita varisela dilarang masuk sekolah, ruang medis, ruang gawat darurat atau dilarang berkunjung ketempat-tempat umum hingga vesikel menjadi kering, biasanya sesudah 5 hari bagi penderita anak-anak yang tidak mendapat imunisasi dan 1 – 4 hari bagi anak-anak yang menderita varisela pasca imunisasi. Di rumah sakit, isolasi yang ketat diterapkan terhadap penderita varisela karena risiko mendapat varisela yang berat bagi pasien dengan immunocompromised jika tertular.
3). Disinfeksi serentak : terhadap barang-barang yang terkontaminasi discharge dari hidung dan tenggorokan penderita.
4). Karantina : biasanya tidak dilakukan.
5). Perlindungan kontak : vaksin direkomendasikan untuk diberikan kepada orang yang rentan sesudah terpapar varisela. Data dari rumah tangga, rumah sakit dan masyarakat membuktikan bahwa vaksin varisela efektif dalam mencegah kesakitan atau mengurangi beratnya penyakit bila diberikan dalam 3 hari sampai dengan 5 hari sesudah terpapar. Obat anti virus seperti acyclovir nampaknya bermanfaat untuk mencegah atau merubah perjalanan penyakit varisela jika diberikan dalam kurun waktu 1 minggu sesudah terpajan. Dosis sebesar 80 mg/kg tiap hari dibagi dalam 4 dosis telah lama digunakan tetapi sampai sekarang belum ada regimen yang direkomendasikan secara umum untuk tujuan ini.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : sumber infeksi bisa berasal dari penderita varisela atau herpes zoster. Semua orang yang kontak dengan sumber infeksi terutama mereka yang tidak memenuhi syarat untuk diberikan imunisasi, seperti wanita hamil, orang dengan immunocompromised dan bayi yang ibunya menderita varisela dalam 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan), sebaiknya dipertimbangkan untuk pemberian VZIG.
7). Pengobatan spesifik :
Baik vidarabine (adenine arabinoside, Ara-A®) maupun acyclovir (Zovirax®) efektif untuk mengobati cacar air dan zoster, namun acyclovir merupakan obat pilihan untuk cacar air. Untuk pengobatan herpes zoster, analog dari acyclovir dengan kemampuan absorpsi yang sudah diperbaiki saat ini telah tersedia dipasaran (valacyclovir dan famcyclovir). Obat ini bisa memperpendek gejala dan rasa sakit dari penderita zoster dewasa, terutama bila diberikan dalam waktu 24 jam sesudah munculnya ruam.

C. Tindakan penanggulangan wabah.
KLB cacar air sering terjadi disekolah, tempat penitipan anak dan institusi lain dan KLB biasanya berlangsung lama dengan banyak korban disertai dengan komplikasi. Penderita menular sebaiknya di isolasi dan kontak yang rentan diimunisasi dengan segera atau dirujuk ke dokter langganan atau dokter keluarga mereka untuk mendapat imunisasi, dengan maksud menanggulangi KLB yang terjadi. Orang yang oleh karena sesuatu hal tidak boleh diberi imunisasi seperti wanita hamil yang rentan dan orang-orang yang immunocompromised sebaiknya dievaluasi dan dipertimbangkan untuk diberi VZIG.

Referensi
Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Jakarta.

Titis Auliya Asmarani
E2A009022
Regular 1 2009

FKM UNDIP

Kamis, 17 Maret 2011

Shigella Dysentriae ( Water Borne Disease )

 Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. ltulah sebabnya pada akhir-akhir ini nama diare invasif lebih disukai oleh para ahli.
Dulu dikenal hanya dua macam disentri berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella spp. dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Tapi sekarang telah diketahui banyak penyebab lain berupa parasit dan bakteri, yaitu Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter spp., Vibrio parahaemolyticus, I'leisomonas shigelloides, EIEC (Enteriinnasive E. coil), Aeromonus spp., Entamoeba histolytica atau Giardia lambha.
Wabah umumnya terjadi pada kelompok homoseksual, pada kondisi “crowding”, ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.
Penularan secara orofaecal dengan ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease). Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.
Antibiotik terpilih untuk infeksi Shigella adalah ampisilin, kloramfenikol, sulfametoxazol-trimetoprim. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa kanamisin, streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk kasus-kasus infeksi Shigella. Masalah resistensi kuman Shigella terhadap antibiotik dengan segala aspeknya bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Shigella yang resisten terhadap multiantibiotik (seperti S. dysentriae 1) ditemukan di seluruh dunia dan sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional.

Patogenesis dan patologi
Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lender. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103 organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

Riwayat Penyakit
1. Agens penyakit
Bakteri Group A Shigella dysenteriae
Bakteri Group B Shigella flexneri
Bakteri Group C Shigella boydii
Bakteri Group A Shigella sonnei
2. Reservoir infeksi : manusia
3. Faktor host
Tidak ada spesifik kecuali prevalensi tinggi terjadi pada penghuni di Rumah Sakit Jiwa,Pelaut atau pada kamp pengungsian.
4. Periode masa waktu penularan
Semasa terjadi infeksi akut sampai tidak diketemukannya bakteri pada tinja penderita
5. Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan memegang peran penting, dimana wabah sering terjadi pada daerah kumuh dan kamp pengungsian.

Epidemiologi
Disentri basiler dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.

Cara Penularan (Mode of transmission)
Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui :
1. Langsung
Faecal – oral transmission dari penderita atau carrier
2. Tidak Langsung
Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi oleh tinja penderita.

Toksin
Semua Shigella mengeluarkan lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding usus. Selain itu Shigella dysentriae tipe 1 menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas yang dapat menambah gambaran klinik neurotoksik dan enterotoksik yang nyata.

Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

Pencegahan
Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1.   Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2.   Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3.   Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4.   Memasak makanan sampai matang.
5.   Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
6.   Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7.   Mengendalikan vector dan binatang pengerat.
8.   Perbaikan lingkungan hidup
9.   Penyediaan keperluan MCK yang memadai di Kamp pengungsian
10. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada penghuni RS jiwa dan kamp pengungsian

Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan

PUSTAKA
Anonim, 2011, Shigellosis, http://fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php?attId=971&page=Haji%20Dadang%20Erianto, diakses tanggal 15 Maret 2011
Anonim, 2011, Shigella dysentriae, http://en.wikipedia.org/wiki/Shigella_dysenteriae, diakses tanggal 15 Maret 2011
Ayuw, 2006, Shigellosis, http://fkuii.org/tiki-index.php?page=Shigellosis9, diakses tanggal 15 Maret 2011
Simanjuntak, C.H., Epidemiologi Disentri, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_EpidemiologiDisentri.pdf/08_EpidemiologiDisentri.html, diakses tanggal 15 Maret 2011

TITIS AULIYA ASMARANI
E2A009022
REG 1 2009

FKM UNDIP